RENUNGKAN MAKA ENGKAU AKAN DIAM

Pembelajaran selama dua tahun terakhir kebanyakan menggunakan daring atau online atau jejaring telekomunikasi. Kendati demikian pembelajaran seperti ini banyak menghasilkan distorsi dan akhirnya menjadi batu sandungan bagi pembelajar tipe visual dan auditory secara simultan. (Dirimu pastilah bingung dengan istilah saya ini).

Jika hobinya mendengar saja tanpa menyalakan kamera, kamu akan mengantuk sebab tidak konsentrasi. Karena kebiasaan selama ini harus menatap wajah guru atau mentornya agar tidak mengantuk. Apalagi jika yang dipandang wajahnya cantik menawan atau bisa saja tampan tapi garang seperti Drakula. Pilihan kedua sangat tidak memungkinkan, karena drakula hanya keluar pada saat matahari tidak bersinar lagi.

Mengharapkan visualisasi saat daring pun, kendala sinyal dan kuota yang cepat habis sama seperti terkuras oleh argo kuda dan bisa sisa terbata-bata untuk ikut pelajaran lain. Apalagi menggunakan aplikasi konferensi interaktif Zoom, entah itu Google Meet dan MS Teams. Ngga mengukur juga kecepatan pengurasan kuota pada jatah setiap pelajar dengan dua aplikasi terakhir.

Auditory dan visualisasi ini yang kemudian dikombinasikan dengan efektif dalam pembelajaran tatap muka disingkat PTM, ingat ini bukan pertandingan tenis meja karena ada ptm-nya pula.

Sadarkah kita, jika sejak kita lahir ceprot sampai sekarang. Kita pun belum melakukan pertemuan tatap muka dengan Tuhan? Kita masih melakukannya secara virtual, itupun masih off cam. Kita hanya tahu bahwa Tuhan Maha Tahu, sekalipun dalam doa-doa yang kita naikkan termasuk keluh kesah yang kita alirkan dalam ibadah dan kebaktian kita. Kita sulit memvisualisasi wajah Tuhan bahkan ada yang mengatakan secara ekstrim jangan membayangkan wajahNYA. Sebab Ia Maha Tahu dan Maha Segalanya, apalah artinya kita, umat manusia, hanya butiran debu dan pasir nebula saja di hadapanNYA.

Sampai saat ini, secara tidak sadar (ada juga sebagian yang sadar betul dan sangat memahaminya), hubungan kita dengan Tuhan masih sejauh doa. Doa itu pun mengalir dalam telepati, jiwa kebatinan kita masing-masing. Kita hanya mengetahui Doa itu terkabul dengan yang kita kehendaki (wishes) kemudian terjadi atau mungkin tidak terjadi, bisa terjadi di masa depan atau masa kini, tergantung linimasa atau time frame penantian dan kesabaran kita menunggu saja.

Kita hanya bisa menunggu-nunggu, jawaban dari doa itu terkabul atau dikabulkan Tuhan. Kita tidak mungkin berdoa pada ilah-ilah lain kan? Sebagaimana ajaran agama kita masing-masing dan kepercayaan kita serta amanat dari Sila Pertama Pancasila, karena kita percaya pada Tuhan Yang Maha Esa. Ke-Esa-an NYA yang membuat kita bisa berhikmat setiap saat.

Salam Debu Nebula dan Pasir di Laut

Photo by Luck Galindo on Pexels.com